Jumat, 24 September 2010

Keberagaman dalam Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, tapi apa sesungguhnya bangsa yang majemuk itu?. Kita akan membahasnya sesaat lagi akan tetapi saya teringat ketika saya duduk di bangku SMA mengenal kata majemuk atau keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, itupun berkat seorang guru yang mengajarkan Pendidikan Kewarganegaraan. Kala itu saya tidak mengindahkan pelajaran tersebut karena saya anggap tidak penting. Alangkah bodohnya saya waktu duduk di bangku SMA, bahkan saya lebih menyukai budaya bangsa lain dibanding budaya bangsa sendiri yang begitu beragam dan terlihat begitu indah, mungkin kala itu saya sudah lupa sejarah bangsa Indonesia.
Menurut Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing subsistem terikat ke dalam ikatan-ikatan yang bersifat primordial. Bangsa yang majemuk seperti Indonesia yang penuh dengan keberagamaan budaya dan seni, bahasa dan logat serta aksen masing-masing daerah yang ada di Negara kita tercinta ini, ada batak ada melayu ada sunda ada betawi ada jawa ada dayak, sungguh sangat kaya negeri kita ini. Akan tetapi kekayaan itu harus dibarengi dengan kesadaran masing-masing pihak, bukan pemerintah saja, bukan kepala suku saja, tapi semua kalangan masyarakat dari lapisan bawah hingga lapisan atas, kaya mauun miskin, dari anak-anak pemuda hingga orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Kita semua wajib menjaga Indonesia, melestarikan budaya, dan martabat Indonesia.
Saya pernah membaca sebuah buku yang didalamnya terdapat kutipan pidato Presiden pertama Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan Bung Karno, beliau berkata: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa mu sendiri”. Sesungguhnya ramalan beliau saat itu sangatlah tepat, orang zaman dulu hanya mengusir penjajah untuk bisa merdeka, tetapi sekarang adalah menyadarkan anak-anak bangsa yang kurang cinta terhadap tanah air kita.
Bukan hanya tersebut di atas, kurang adanya kesadaran di antara sesama bangsa Indonesia pun kurang. Kebanyakan orang-orang hanya mementingkan diri dan golongannya saja, tanpa memperdulikan orang lain yang golongan bahkan agamanya berbeda. Sering tak disadari bahwa hubungan social yang kurangpun menyebabkan kerenggangan antar sesama.
Bhineka Tunggal Ika lah yang sesungguhnya dapat mempersatukan bangsa Indonesia dari perpecahan, jika setiap orang menyadari esensi dari kalimat tersebut. Istilahnya siapapun dirimu kita tetap sama kita adalah bangsa Indonesia. bhineka tunggal ika ini adalah senjata untuk bersatu, artinya saja berbeda-beda namun tetap satu. Satu tujuan yaitu bangsa Indonesia, Negara Indonesia.
“Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan”, pesan Bung Karno dalam salah satu pidatonya. Hakikatnya membangun suatu rumah tiu harus ada pondasinya, jika kita membangun suatu bangsa tanpa adanya pondasi perdamaian dan persaudaraan bangsa tersebut akan kacau tidak beraturan. Negera Indonesia ini bukan hanya milik satu suku, bangsa,dan agaa saja, tidak serta merta harus menjadikan salah satu hokum agama dijadikan dasar hukum Negara Indonesia. Kita bukan Arab Saudi, kita adalah Indonesia yang mempunyai keragaman bangsa dan suku serta agama.seseorang yang menginginkan kita sama adalah sama itu kurang benar, karena dengan persamaan pula akan menimbukan perbedaan. Perbedaan ini yang akan menimbulkan suatu yang baru yang berbeda dan seperti pelangi, Indonesia yang berwarna. Indonesia yang memiliki suku-suku dan budaya dari daerah masing-masing di kawasan Nusantara ini. Seperti tercantum dalam sila ketiga “Persatuan Indonesia” bukan tanpa sebab, dideklarasikannya sila tersebut karena melihat bangsa Indonesia yang majemuk dan beragam.
Sedangkan cirri-ciri masyarakat majemuk yang telah dikemukakan oleh Pierre L. van den Berghe yaituL:
1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain;
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer;
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar;
4. Secara relative seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain;
5. Secara relative integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; serta
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompk atas kelompok-kelompok yang lain.

Masyarakat majemuk biasanya tersegmentasi ke dalam kelompok yang punya subkebudayaan yang saling berbeda. Misalnya, budaya masyarakat pegunungan berbeda dengan budaya masyarakat pesisir yang cenderung lebih terbuka. Ditambah lagi dengan perbedaan-perbedaan dari masing-masing suku dan etnis yang memiliki cara hidup yang berbeda-beda pula, karena perbedaan-perbedaan tersebut biasanya terjadi gesekan-gesekan dan konflik. Juga sekelompok manusia yang mempunyai kelompok-kelompok social sendiri yang memiliki struktur kelompok masing-masing. Seharusnya sekelompok orang yang menginginkan bangsa ini sama rata adalah tidak tenggang rasa terhadap sesama warga, apalagi dengan mengatas namakan agama yang bernama jihad. Apakah mereka buta sehingga tidak melihat fakta bahwa bangsa ini beragam?. Seharusnya mereka dewasa terhadap hal yang seperti ini sehingga tidak terjadi konflik-konflik yang diciptakan sendiri.
Semoga dengan keberagaman yang ada di Indonesia ini tidak akan pernah terjadi konflik yang berkepanjangan lagi, hiduplah dalam kedamaian dan persaudaraan seperti yang telah dikatakan oleh Bung Karno. Ini adalah cara agar kita hidup berdampingan untuk mengenyampingkan perbedaan di antara warga Negara Indonesia tercinta.
“Di tengah setiap hati (jiwa), adalah ruang perekam/arsip. Selama ia menerima pesan-pesan nan indah, penuh harapan, keceriaan, dan semangat, selama itu pula kau masih berusia muda.” Kata seorang Anand Krishna. Dari kalimat tersebut di atas, saya percaya bahwa ini adalah tugas kaum muda untuk menjunjung perdamaian. Para pemuda yang penuh semangat , penuh harapan yang senantiasa menjaga pesaudaraan terhadap sesama.


Tulisan ini dibuat ketika akan mengikuti Jambore of Harmony di Bogor yang di adakan oleh Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia, di mana di sana kami dipertemukan dengan berbagai macam orang yang berbeda suku, ras, agama, maupun latar belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar