Jumat, 24 September 2010

Keberagaman dalam Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, tapi apa sesungguhnya bangsa yang majemuk itu?. Kita akan membahasnya sesaat lagi akan tetapi saya teringat ketika saya duduk di bangku SMA mengenal kata majemuk atau keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, itupun berkat seorang guru yang mengajarkan Pendidikan Kewarganegaraan. Kala itu saya tidak mengindahkan pelajaran tersebut karena saya anggap tidak penting. Alangkah bodohnya saya waktu duduk di bangku SMA, bahkan saya lebih menyukai budaya bangsa lain dibanding budaya bangsa sendiri yang begitu beragam dan terlihat begitu indah, mungkin kala itu saya sudah lupa sejarah bangsa Indonesia.
Menurut Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing subsistem terikat ke dalam ikatan-ikatan yang bersifat primordial. Bangsa yang majemuk seperti Indonesia yang penuh dengan keberagamaan budaya dan seni, bahasa dan logat serta aksen masing-masing daerah yang ada di Negara kita tercinta ini, ada batak ada melayu ada sunda ada betawi ada jawa ada dayak, sungguh sangat kaya negeri kita ini. Akan tetapi kekayaan itu harus dibarengi dengan kesadaran masing-masing pihak, bukan pemerintah saja, bukan kepala suku saja, tapi semua kalangan masyarakat dari lapisan bawah hingga lapisan atas, kaya mauun miskin, dari anak-anak pemuda hingga orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Kita semua wajib menjaga Indonesia, melestarikan budaya, dan martabat Indonesia.
Saya pernah membaca sebuah buku yang didalamnya terdapat kutipan pidato Presiden pertama Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan Bung Karno, beliau berkata: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsa mu sendiri”. Sesungguhnya ramalan beliau saat itu sangatlah tepat, orang zaman dulu hanya mengusir penjajah untuk bisa merdeka, tetapi sekarang adalah menyadarkan anak-anak bangsa yang kurang cinta terhadap tanah air kita.
Bukan hanya tersebut di atas, kurang adanya kesadaran di antara sesama bangsa Indonesia pun kurang. Kebanyakan orang-orang hanya mementingkan diri dan golongannya saja, tanpa memperdulikan orang lain yang golongan bahkan agamanya berbeda. Sering tak disadari bahwa hubungan social yang kurangpun menyebabkan kerenggangan antar sesama.
Bhineka Tunggal Ika lah yang sesungguhnya dapat mempersatukan bangsa Indonesia dari perpecahan, jika setiap orang menyadari esensi dari kalimat tersebut. Istilahnya siapapun dirimu kita tetap sama kita adalah bangsa Indonesia. bhineka tunggal ika ini adalah senjata untuk bersatu, artinya saja berbeda-beda namun tetap satu. Satu tujuan yaitu bangsa Indonesia, Negara Indonesia.
“Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan”, pesan Bung Karno dalam salah satu pidatonya. Hakikatnya membangun suatu rumah tiu harus ada pondasinya, jika kita membangun suatu bangsa tanpa adanya pondasi perdamaian dan persaudaraan bangsa tersebut akan kacau tidak beraturan. Negera Indonesia ini bukan hanya milik satu suku, bangsa,dan agaa saja, tidak serta merta harus menjadikan salah satu hokum agama dijadikan dasar hukum Negara Indonesia. Kita bukan Arab Saudi, kita adalah Indonesia yang mempunyai keragaman bangsa dan suku serta agama.seseorang yang menginginkan kita sama adalah sama itu kurang benar, karena dengan persamaan pula akan menimbukan perbedaan. Perbedaan ini yang akan menimbulkan suatu yang baru yang berbeda dan seperti pelangi, Indonesia yang berwarna. Indonesia yang memiliki suku-suku dan budaya dari daerah masing-masing di kawasan Nusantara ini. Seperti tercantum dalam sila ketiga “Persatuan Indonesia” bukan tanpa sebab, dideklarasikannya sila tersebut karena melihat bangsa Indonesia yang majemuk dan beragam.
Sedangkan cirri-ciri masyarakat majemuk yang telah dikemukakan oleh Pierre L. van den Berghe yaituL:
1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki subkebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain;
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer;
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar;
4. Secara relative seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain;
5. Secara relative integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; serta
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompk atas kelompok-kelompok yang lain.

Masyarakat majemuk biasanya tersegmentasi ke dalam kelompok yang punya subkebudayaan yang saling berbeda. Misalnya, budaya masyarakat pegunungan berbeda dengan budaya masyarakat pesisir yang cenderung lebih terbuka. Ditambah lagi dengan perbedaan-perbedaan dari masing-masing suku dan etnis yang memiliki cara hidup yang berbeda-beda pula, karena perbedaan-perbedaan tersebut biasanya terjadi gesekan-gesekan dan konflik. Juga sekelompok manusia yang mempunyai kelompok-kelompok social sendiri yang memiliki struktur kelompok masing-masing. Seharusnya sekelompok orang yang menginginkan bangsa ini sama rata adalah tidak tenggang rasa terhadap sesama warga, apalagi dengan mengatas namakan agama yang bernama jihad. Apakah mereka buta sehingga tidak melihat fakta bahwa bangsa ini beragam?. Seharusnya mereka dewasa terhadap hal yang seperti ini sehingga tidak terjadi konflik-konflik yang diciptakan sendiri.
Semoga dengan keberagaman yang ada di Indonesia ini tidak akan pernah terjadi konflik yang berkepanjangan lagi, hiduplah dalam kedamaian dan persaudaraan seperti yang telah dikatakan oleh Bung Karno. Ini adalah cara agar kita hidup berdampingan untuk mengenyampingkan perbedaan di antara warga Negara Indonesia tercinta.
“Di tengah setiap hati (jiwa), adalah ruang perekam/arsip. Selama ia menerima pesan-pesan nan indah, penuh harapan, keceriaan, dan semangat, selama itu pula kau masih berusia muda.” Kata seorang Anand Krishna. Dari kalimat tersebut di atas, saya percaya bahwa ini adalah tugas kaum muda untuk menjunjung perdamaian. Para pemuda yang penuh semangat , penuh harapan yang senantiasa menjaga pesaudaraan terhadap sesama.


Tulisan ini dibuat ketika akan mengikuti Jambore of Harmony di Bogor yang di adakan oleh Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia, di mana di sana kami dipertemukan dengan berbagai macam orang yang berbeda suku, ras, agama, maupun latar belakang.

Rangkuman Buku: The Anger Habit in Parenting

Bagi anda yang sudah mempunyai anak atau anda seorang guru baik di Pre-School, kinder Garten, maupun Elementary School atau setidaknya anda adalah seorang penggemar buku Psikologi anak, anda wajib baca buku yang judulnya: The Anger Habit in Parenting, Terapi Menghilangkan Kebiasaan Marah pada Anak. Buku ini mampu menjawab persoalan anda, antara lain:
 Bagaimana mengendalikan kemarahan orang tua pada anak
 Bagaimana memarahi anak “secara positif”
 Bagaimana menghindari konflik yang berkepanjangan
 Kapan orang tua harus marah dan kapan menghindari marah
 Apa dampak kebiasaan marah orang tua terhadap anak-anak
 Mengapa kemarahan bisa berakibat (amat) buruk bagi anak-anak.

Setiap orang tua pastilah berkeinginan mencintai dan tidak ingin melukai hati anak-anaknya. Kenyataannya, ada saja “alasa” untuk memarahi anak-sulit dibangunkan, malas belajar, idak menutrut orang tua, dan sebagaimnya. Begitu kemarahan itu terjadi sekali, dua kali, ia akan menjadi kebiasaan dan mewarnai kehidupan keluarga.

Padahal, sebagaimana ada “alasan” untuk marah , selalu ada “alasan” untuk tidak marah, serta ada “alasan” untuk marah dengan cara yang positif. Dalam buku karangan Dr. Carl Semmelroth, Ph.D ini lengkap dan praktis. Sang pakar psikologi ini juga menunjukan bagaimana mengelola kemarahan orang tua terhadap anak dengan:
 Menegenali dan menghentikan kebiasaan marah
 Manajemen konflik tanpa menggunakan amarah dan ancaman
 Mengontrol marah dan membangun hubungan yang menyenangkan dalam keluarga.

Dengan mengelola kemarahan orang tua secara positif, atmosfer keluargapun akan sangat kondusif bagi prkembangan jiwa dan fikiran anak-anak anda tercinta.
Isi buku inipun menyertakan kolom latihan-latihan yang jharus anda isi untuk menuliskan kemarahan-kemarahan apa saja yang telah anda lakuakn dan bagaimana solusinya.
Jangan khawatir pula harga buku terjemahan ini tidak terlalu mahal, bisa dijangkau oleh semua kalangan, mulai dari mahasiswa,, guru/dosen, atau anda sebagai ibu rumah tangga,.
Penasaran...??? segera peroleh buku ini....

Panggil Aku Irma

Di puncak pelataran Gunung Ranggawulung
Di tengah aliran Sungai Cikembang
Di dekat Kota Prabu Kian Santang
Tanjungsiang menghela nafas panjang
Menanti kelahiran putri Subang

Kala tanggal 11 menghadang
Hati bunda mulai meradang
Kala datang angin kencang
Mei terasa begitu mengguncang

Diri ini datang
Dunia tersenyum senang
Melihat bintang yang terang Benderang
Mendengar hujan mulai menggarang

Orang mulai memandang
Seperti berada di medan perang
Menyapaku sayang
Tapi IRMA panggilanku sekarang.




Iseng bikin ini, cz rasanya aku tinggal di tempat yang jauh dari peradaban, tapi kebersyukuranku terhadapNya

Rangkuman Buku

Judul Buku : Hari Yang Dijanjikan
Pengarang : Najieb Kaulany
Penerbit : Basmala Press, Jawa Tengah
Tahun terbit : 2003
ISBN : 979-97536-0-1

"Hari Yang Dijanjikan" adalah novel brilian, saksi atas kepercayaan kaum muslimin dalam menghadapi Agresi Salibis ke-7 di Mesir, yang dibumbui perjuangan Cinta Suci (karena Allah) seorang majikan terhadap budak Muslimahnya yang taat.

Ketika matahari sudah tenggelam, dan malam mulai merangkak menyelimuti Mansurah dan sekitarnya, Adnan melihat rombongan yang berjalan mendekati tepian sungai. Dengan kudanya dia segera menuju ke sana. Kedua matanya terbelalak melihat Abdul A'la berada di barisan depan sambil tersenyum tenang. Senyuman yang tidak lenyap oleh gelapnya malam. Keduanya melompat dari kudanya, lalu Adnan membuka tangannya, emnyambut sahabatnya yang paling mulia dan menghujani wajahnya dengan ciuman, Adnan memeluk mesra. Di saat seperti ini, Adnan sadar bahwa persahaabatn sejati dan suci karena Allah adalah sesuatu yang paling indah dalam hidup dan perjuangan dalam menggapai tujuan yang mlkia, melawan ancaman yang berbahaya selama perjuangan itu menambah ikatan hati dan perasaannya.

Ketika Abdul A'la merasakan kedua lengan sahabatnya memeluknya kuat dan menepuk puunggung sahabatnya dengan lemb lalu berkata,

" Jangan kamu lupakan perasaanmu banyak2, mereka ada yang lebih berhak daripadaku".
Adnan tidak merubah posisinya, lalu dia membalas,
"tidak ada yang lebih aku cinati selain daripadamu".
"kau bohong. Apakah kamu akan tetap berkata demikian kalau kamu tahu bahawa Zumrudah termasuk dalam rombongan ini?"
Adnan mengeluh,
"ah....."


Baca deh buat Referensi....

Setangkai Bunga Sejarah

Keharuman anugerah persahabatan
Kan jadi sejarah khayalan
Setangkai harapan hati
Menjadi sebuah kenangan

Duri keagungan
Menyikap tabir kepiluan
Daun keakraban
Menyejukan jiwa dan angan

Akar kelembutan
Menyatukan perbedaan
Mahkota kembang
Saksi ukiran sejarah yang mengguncang




Teruntuk:
Yang bersedia menjadi sahabat sejatiku
Kalian adalah anugerah bagiku
Jangan pernah lupakan persahabatan

Sungguh…. Ikhwan itu Pilihanku

Di bawah Pohon Rindang, ya di tempat inilah kali pertama melihat seorang laki-laki yang sungguh belum pernah terbersit difikiranku. Akupun termangu memikirkan hal yang benar-benar aneh yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan.
Siapakah gerangan, laki-laki yang telah mencuri hatiku?.
Setelah hari jumat itu, aku tidak pernah melihatnya kembali. Kemanakah dia? Seperti ditelan bumi, dia menghilang. Entah ke mana, dia yang selalu aku rindukan dalam setiap doa-doaku. Berminggu-minggu aku menunggu kabar dari pohon yang rindang itu, akupun belum menerima pesannya. Sia-sia saja hanya seperti burung yang kehilangan arah sayapnya untuk terbang. Akupun sudah melupakannya untuk memikirkan hal ini lagi.
Sebulan setelah itu, kau tahu kawan. Sekerjap dalam mimpiku terlintas seorang laki-laki yang tersenyum kepadaku.
Siapa lagi orang ini?
Dan aku tidak pernah memikirkannya pula atau menceritakannya kepada siapapun bahkan kepada sahabatku yang tahu segalanya tentang aku. Kawan...aku sungguh sakit ditengok seorang laki-laki yang tersenyum kembali kepadaku. Tuhan...ceritakanlah kepadaku siapakah dia? Apakah dia pilihan-Mu?.
Akupun tidak memperdulikannya kembali. Karena ku tahu itu hanya mimpi-mimpiku saja, buah tidur pulasku. Karena mungkin balasan tidak mengingat yang di atas.
Hari jumat kembali yang telah Tuhan mempertemukanku dengan seorang ikhwan itu. aku hanya terdiam terpaku melihatnya, apakah ini mimpi-mimpiku? atau ini adalah nyata. Sungguh kawan matakupun susah dipejamkan kembali.
Oh Tuhan benarkah ini adalah orang yang engkau pilihkan untukku?
Tuhanpun tidak langsung menjawabku, karena aku tahu Tuhan punya jawabannya sendiri.
Kenapa hari-hariku selalu diliputi ketidakpastian seperti ini? Karena aku selalu memikirkannya, selalu melihatnya di setiap sudut kampus biru ini. Padahal sebelumnya hanya sekali saja aku melihatnya itupun hanya beberapa detik saja, ketika dia berjabat tangan dengan seorang kawan yang dia kenal dengan akrab.
Kawan...seketika pagi itu kami bertemu kemudian beradu pandang, kemudian diapun menundukan kepalanya mungkin karena malu atau karena tidak terbiasa.
Kenapa..kenapa dia tidak menyapaku?.
Akupun dengan seketika menundukan pandanganku karena aku juga punya malu yang tiada terkira. Yang aku inginkan dia menyapaku dengan seksama, menanyakan siapa namaku, dari mana asalku, siapa orang tuaku, tapi itu hanya gurauan fikiran seorang awam saja. Kau bisa menghitungnya kawan seberapa lama aku memikirkan ikhwan itu?, tapi tidak usah dihitunglah, karena aku juga tidak mengenalnya.
Suatu sore dipertemuan itu, aku melihatnya berkumpul dengan teman-temanku. Siapa sebenarnya orang itu? Kenapa Tuhan belum memberikan jawabannya kepadaku. Sungguh tak dinyana aku bisa berpapasan langsung kemudian berkenalan dengan orang yang se-alim seperti ikhwan ini. “Raihan Taufiqurohman Al-Munawir” sungguh nama yang sangat indah. Indah seperti paras alim itu. Perkenalan ini adalah awal dari perjalananku untuk menempuhnya, Tuhan kau telah memberikan namanya kepadaku.
Sudah tiga kali pertemuan itu diadakan tapi masih saja seperti ini seperti tidak punya mulut untuk mengatakan bahwa saya adalah orang yang sangat mengagumi anda. Aku ingin mengenalmu lebih jauh hai ikhwan yang alim, dalam hatiku berkata. Kemudian setelah pertemuan itu selesai tak disangka dan tak dikira angin segar menghembuskan nafasnya kepada segenap jantungku dia menyapaku, kawan. Betapa bahagia hati yang selalu menanti-nanti momentum yang seperti ini, dia mengajakku ngobrol berceloteh ke sana ke mari ya meskipun hanya seputaran kuliah saja. Tak apalah kawan. Yang terpenting dia telah menyapaku dan mengenali wajah yang kaku ini.
Keesokan harinya kami bertemu kembali, tapi hanya sesaat saja karena ku tahu dia seorang yang sibuk. Tapi ada keanehan di wajah alim itu, dia tersenyum melihatku dan akupun membalasnya kemudian karena kutahu hatikupun tersenyum dengan gembira.
Pukul 03:30 pagi. Sebuah pesan singkat aku terima, ternyata ada orang yang mengajakku untuk bermunajat di pagi yang dingin ini kepada sang Maha Pencipta. Ya...dia kawan, dia yang mengirimkan pesan singkatnya kepadaku, setelah lama kenal baru pertama kali ini dia mengirimkan pesan singkat kepadaku. Bahkan selama ini, selama kami saling mengenal, kami tidak pernah betukar nomor ponsel masing-masing. Bahkan aku tahu nomor ponselnyapun dari kawanku itupun dengan penuh rasa gugup aku menanyakannya. Dan akupun tidak tahu kenapa dia mempunyai nomor ponselku juga, dari manakah gerangan dia mencari tahunya???.
Sobat....pertemun demi pertemuan kami lalui dengan seksama, hanya di pertemuan itulah kami bertemu beradu argumen, beradu pandang, bahkan beradu kasih dan sayang serta cinta dan kehangatan senyuman yang selalu dia lemparkan kepadaku. Tak disadari sebenarnya hal ini terus bergelimpangan di benak hatiku.
Tuhan sampaikan padanya apakah diapun sayang kepadaku??.
Pernah terbersit dalam fikiranku dia pasti hanya menganggapku sebagai seorang teman biasa saja tak lebih dari itu, tapi kenapa yang aku inginkan dia membalas perasaan yang akupun tidak tahu harus seperti apa dan bagaimana. Apa aku harus diam saja sobat? Atau aku harus memperjuangkan cintaku? Atau apa yang harus aku lakukan? Berikan padaku jawabannya sekarang. Karena aku sudah tidak sanggup lagi menahan perasaan ini. Aku adalah seorang manusia biasa yang butuh cinta dan kasih dari seorang yang aku cintai.
Beberapa bulan ini aku resah menanyakan hal ini pada hatiku, ada apa ini?. Kenapa orang tuapun ikut campur tangan mencarikan jodoh kepadaku, momentum apakah ini wahai Tuhan...kenapa dia juga datang mengkhitbahku dengan tiba-tiba yang aku tidak tahu perasaannya selama ini kepadaku. Karena ku tahu aku telah dijodohkan dengan orang yang sama sekali aku belum kenal sebelumnya, sungguh ingin rasanya aku membalas cinta sang ikhwan yang alim ini. Sesungguhnya hanya untuk membahagiakan orang tuaku saja aku menerima pinangan orang lain yang tidak aku cintai. Maaf wahai ikhwan yang alim yang aku cintai, aku tidak bisa membalas cintamu yang tulusmu karena Allah ini. Karena ku tidak ingin disebut seorang anak yang durhaka kepada orangtuaku. Sesungguhnya aku terlalu mencintaimu, maka aku memilih seorang yang dipilih orang tuaku.

Bandung, 19 Januari 2009

Akhwat, Aku Jatuh Cinta Lagi

Waktu pertama aku melihatnya tak ada yang bisa aku rasakan, ketika aku semakin sering bertemu dengannya, hati merasakan hal yang tidak seperti biasa. Aku tidak tahu apakah aku hanya mengagumi dirinya atau hanya sekedar main-main semata.
Tidak tahu apakah ini yang dinamakan cinta, betapa bahagianya jika menjadi sebuah kenyataan dan menjadi cinta bagiku, sudah sekian lama aku tidak merasakan hal yang seperti ini bahkan aku tidak tahu lagi bagaimana rasanya mencicipi cinta yang kata orang begitu indah, setelah kejadian yang begitu menyedihkan dan menyakitkan menjadi bagian hidupku.
Suatu ketika, aku mengikuti orientasi pengenalan jurusanku dia hadir menyapa hidupku kembali setelah ospek pengenalan kampus itu, aku tidak tahu namanya dan ketika aku meminta tandatangannya aku menanyakan nama orang itu kepada temanku dan dia mendengarnya pula berkata:
“kemana aja tadi neng? Tidur?”
“ugh…!!! Males banget...”
aku merasa dia itu orang yang biasa saja bahkan saking biasanya aku iseng bercanda mengirim pesan singkat, anehnya dia membalas SMSku. Tapi kata orang dia begitu penting di mata fakultasku. Ketika aku tahu dia adalah orang yang begitu mengagumi kaum hawa dan tidak ada sedikitpun merendahkan makhluk Tuhan yang satu ini. Sungguhpun demikian aku takut aku hanya memainkan dirinya dan tidak ada kata cinta dalam jantungku, sesungguhnya betapa aku lebih takut bila aku jatuh cinta pada seorang yang tidak pantas aku cintai karena aku tahu dia sudah menemukan calon seorang pendamping yang akan menemani hidupnya.
Dan aku tahu…
“Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya…

Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran…
Lelaki yang sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa…”
(anggrekbiru.com)
Karena itu aku tidak akan salah melangkah memilih seorang adam pendamping hidup.
Untuk menenangkan fikiran dan hatiku yang kala itu gundah gulana karena makhluk lelaki yang kejam yang telah menyiksa hidup dan hatiku, aku menghubunginya lewat telephon selularku dengan mengirimkan pesan singkat kembali kepadanya. Dia memang malaikat hidupku yang telah Tuhan kirimkan kepadaku, menghiburku dengan kata-kata yang indah untuk didengar, akupun tidak tahu apakah itu hanya perasaanku saja atau benar-benar kata-kata yang bermakna dalam dan untuk merubah hidupku ke jalan yang lebih bermakna.
“Malu adalah sesuatu yang selalu membuat kita gagal untuk meraih prestasi”.
Itu adalah sepenggal kata-kata bermakna yang tadi aku ceritakan.
Perlu aku katakan, sebelum berjumpa dan melihat terutama sebelum berhubungan lewat telephon selularku itu, aku selalu merasakan hatiku ini tiada berguna dan selalu teriris-iris pisau tajam yang menyakitkan. Hati ini dibunuh oleh cinta yang seakan tidak akan ada benih-benih cinta lagi yang akan hinggap dalam kupu-kupu hati yang putih dan suci untuk orang yang mengagumi diriku mungkin…
Tapi aku tidak patah semangat dengan hadirnya penderitaan yang begitu berat ini, aku bahkan melawannya dengan angan-angan datangnya seorang Pangeran Berkuda Putih yang akan membawaku ke surga kebahagiaan yang selama ini aku idamkan dan aku impikan. Aku berharap dia adalah orang yang ku harapkan, sekali lagi aku katakan aku sangat bahagia sekali.
Suatu sore yang cerah dengan hadirnya sunset di ufuk barat yang kata sahabatku indah ibarat sebuah bintang di malam hari yang selalu dia kagumi setiap malamnya, yang selalu bersedih ketika menatap langit yang begitu gelap tiada bintang satupun di angkasa sana. Aku bertemu berpapasan tapi hanya sahabatku yang menyapanya, entah kemana aku melangkahkan kaki yang selalu berat untuk mengatakan
“ini aku Vi”
Dia hanya menatapku tajam tanpa arah kemana matanya dan kemana arah pembicaraannya pula, aku terasa menjadi orang yang bodoh yang sedang diliputi rasa takut dan khawatir karena ulahku sendiri.
“Kenapa hal itu terjadi!!”
Aku juga merasa aneh bahkan lebih aneh ketika khayalanku kian memuncak seperti diterpa badai kebahagiaan yang amat sangat mendalam. Aku seakan melupakan hidupku di masa lampau masa kini dengan orang-orang yang pernah dekat denganku, bahkan orang yang pernah menyakiti hidupku sekalipun. Jumat hari itulah yang aku menjadi orang yang kebingungan salah tingkah dan apapun itu namanya aku tidak mengerti.
Sejak hari indah itu, aku selalu ingin hangout, kawankulah yang menjadi temanku di kala aku ingin melihat wajah keindiaan itu. Setiap hari bahkan setiap waktu ingin melihat dirinya yang selalu memalingkan mukanya ke wajah ini setiap dia melihat orang yang mengaguminya.
Selasa ketika aku akan latihan beladiri yang sedang aku geluti sekarang seni beladiri Wushu yang berasal dari daerah mandarin itu, aku melihat dia bersama temannya sedang duduk entah apa yang dibicarakan mereka berdua kupingku panas ingin mendengarkan mereka berbincang-bincang tapi tetap saja aku tidak mendengarnya karena itu terlalu jauh, entah perasaan atau apa dia melihatku dengan girangnya sampai temannya tergeser entah kemana perginya. Sahabatkupun aneh ketika aku mengatakan jantungku berdegup kencang, tapi itu hanya perasaan iseng karena aku selalu candain dia lewat telephone selularku. Akupun perlu cerita ketika berada di Student Center (SC UIN SGD, kampus mewahku) bersama kawan-kawan seperguruan bersama pelatihku, entah kapan aku tidak ingat hari ataupun tanggalnya dia melihatku latihan, keGeeRaN kali ya seperti diliatin petir yang akan menyambar pohon kelapa di tengah-tengah hamparan sawah. Dasar aneh…memang aneh….sejak kapan aku merasakan keanehan dalam diriku…
Hari rabu pukul 16:15 ingin rasanya berpetualang kampus dengan pura-pura kuliner makanan khas UIN, ketika di depan Mesjid Iqomah aku menggerutu pada kawanku
“Ih…kok dia gak kelihatan sih?”
Padahal temanku sudah melihatnya di sebuah pertokoan kampus di depanku. Dengan hati yang penuh kegelisahan yang menggunung aku ingin membalikan kaki yang berat untuk melangkah, tapi aku hadapi dengan untuk keduakalinya berpura-pura menjadi pengagum hidupnya. Seperti biasa atau kebiasaan dia, dia memandangku dengan memutarkan arah lehernya kemana aku melangkah atau mungkin ini hanya fikiran semata pengagum rahasia yang tidak akan menyebutkan identitas sebenar-benar garis tulisan tangan hidup. Bahkan sahabatkupun tidak mau menyapa Kaka Pramukanya lagi saking kacau fikiran pula karena melihat tingkah diri ini dan orang yang aku kagumi itu.
Keanehanpun terjadi lagi, aku sengaja telphon-telphonan padahal di seberang sana tidak ada siapa-siapa yang menghubungiku.
Abi ....
Itulah panggilan sayangku kepada beliau, abi…abi…setiap kali aku bercanda aku selalu mengatakan kata sayangku itu. Berangan dia benar-benar menghubungiku, sungguhpun demikian itu tidak akan pernah terjadi. Sekali lagi aku takut aku tidak mencintainya dan lebih takut lagi aku malah sebaliknya mencintainya, karena trauma masa lalu sebenarnya bukan kata trauma yang pantas untuk diucapkan tetapi lebih pada hati yang terluka. Itu hal yang paling menyakitkan apalagi cinta sejatiku yang aku pertaruhkan telah kandas di tengah jalan dan selalu diterpa badai irisan hati.
Kebahagiaan aku cari-cari sampai susah payah untuk menenangkan hati yang bimbang penuh keraguan. Sebenarnya mudah saja untuk aku melampiaskan amarah ini kepada siapapun yang aku kehendaki, tetapi aku selalu berfikir bahwa itu adalah tindakan yang sangat…sangat…bodoh sekali untuk melakukan hal-hal yang kurang masuk di akal, karena aku tahu aku seorang hawa yang rapuh yang butuh tempat sandaran hidup yaitu mungkin seorang pengganti kawan lama yang telah menyakiti hatiku untuk kesekian kalinya aku katakan. Aku tahu aku seorang yang mudah menangis bahkan aku berani mengatakan bahwa aku ini cengeng dan tidak bisa mengendalikan air mata untuk tidak keluar dari pusara ujung mata yang begitu indah ini, ya jika aku bisa membuka hatiku kembali untuk mencintai seorang Adam yang mengantri mendaftar menjadi teman hidupku nanti dan sebaliknya mau menerimaku dengan keadaanku yang begini adanya. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan mencintaiku seperti yang aku inginkan, tetapi aku takut aku telah menggoyahkan keimanan hatinya, untuk bisa mencintaiku adalah hal besar akan sesulit tidak bisa aku bayangkan bagaimanapun juga, karena akupun tidak yakin dengan angan-anganku.
Seperti biasa mungkin sudah kebiasaan mengelilingi kampus adalah cara jitu untuk bertemu dengannya, kemarin hari di bawah pohon nan rindang dua meter dari gedung rektorat aku berkhayal lagi, aku bercerita kepada sahabatku jika aku bertemu dengannya aku akan mengatakan kata-kata yang telah diucapkan oleh Abi tercinta, dia benar-benar harus tahu siapa aku sebenarnya. Seandainya dia datang berada di depan mataku aku akan berdiri berteriak meneriakan kata-kata yang sungguh telah menyadarkanku dari sebuah keterpurukan egoku selama aku terus membayangkan adam yang berengsek yang begitu mudahnya mencari pengganti aku untuk dijadikan pendamping hidupnya, sontak aku terus menggerutukan hati terus membayangkan Abiku datang. Dengan semangat aku bercerita bahkan beberapa imajiku keluar, dengan berharap benar-benar akan berada di depan hidungku. Setelah makan-makanan panganan kecil aku dan sahabatku kembali menginjakan kakiku di jalan yang penuh kenangan kampus, kembali menuju mesjid iqomah dan aku terus menanyakan bahwa dia ada di mana. Wah benar-benar jodoh yang pertama melihatnya bukan aku sih tapi sahabatku ini, lelaki yang berkemeja putih kotak-kotak yang sedang memimpin rapat itu adalah abi cintaku, duduk di bawah pohon untuk bisa terus melihatnya berbicara mengalunkan kata-kata yang tidak aku mengerti karena kejauhan untuk aku dengarkan apa makna sesungguhnya pembicaraan mereka, ku terus menatapnya dan seakan ingin mendekatinya dan untuk ke sekian kali aku ingin mengatakan
“ini aku Vi”
Dan akupun ingin mengatakan yang selama ini selalu mengirimkan pesan singkat itu aku adalah orangnya, tapi itu tidak mungkin untuk menjadi hal yang nyata di sore hari itu sempat beberapa rintangan menghadang dengan hadirnya teman-teman sahabat dan dosen sahabatku kemudian dosen Bahasa Inggrisku yang mungkin tidak akan beda jauh umurnyapun denganku. Adzan maghribpun berkumandang, dia tidak saja melangkahkan kakinya untuk bersembahyang sholat maghrib, aku celingukan ke sana ke mari ke atas ke bawah agar dia melihatku sedetik saja sekejap saja agar aku tidak penasaran utnuk kembali ke penghunian kosanku malam ini.
Tidak di sengaja atau disengajapun tidak apa, aku mengirimkan pesan singkatku malam ini, aku mengatakan aku sedang berada di mesjid tersebut, diapun mengatakan hal yang sama
”aku di depan mesjid”.
Sesungguhnya aku ingin sekarang dia mengenaliku benar-benar mengenaliku bahwa ini benar-benar kenyataan
“ini aku Vi”.
Dengan segera aku melemparkan ponselku ke arah temanku yang tidak tahu apa-apa kala itu bersandar di kursi entah apa yang dia tonton aku benar-benar tidak memperhatikannya yang aku perhatikan adalah mencari kunci kosanku yang tidak tahu dimana benda itu berada, aku pergi berlarian dengan terburu-buru menuju mesjid itu dan hanyalah dia yang aku fikirkan.
Ehm…hati terenyuh kenapa tadi tidak mengajak sahabatku yang selalu menemaniku tiap hari menyaksikan pemandangan itu, dalam beberapa detik aku telah berada di mesjid di lantai dua aku berdiam diri. Tiba-tiba ponselku berdering, pesan pendekpun aku terima
“di mana? Kaka di depan fakultas Saintek”.
Tanganku kaku bergetar mengetik baris-baris kata yang akan aku kirimkan, entah berapa lama aku berfikir tiba-tiba untuk kedua kalinya ponselku berdering berulang-ulang aku seperti orang yang sangat kebingungan dan sangat bodoh akan menerima jawaban telephon itu. Seseorang di seberang sana berkata:
“Vi di mana? Kaka nunggu nih di depan fak saintek”
Malu-malu tapi mau ya…
”kok kaka tahu nama aku”?
“kan waktu itu kamu menyebutkan panggil saja aku Vi”
Ternyata dia masih mengingatnya atau mungkin namaku disimpan di phonebook ponselnya. Keluar dari mesjid dengan hati bergetar tak karuan, aku ingin kabur saja dari masalah ini karena aku tidak kuasa untuk bertemu dengan Abi tercintaku. Melihat dia memakai jaket kulit, membawa helm, dan berdiam dengan motornya aku ingin kembali pulang, untuk ketiga kalinya ponselku berdering kembali, ternyata dia menghubungiku lagi.
“Vi mau gak ketemuannya? Kamu yang ke sini atau kaka yang ke sana? Sekarang kamu di mana? Apa Kaka aja ya yang ke situ”?
“di samping kanan masjid ka”
“ya udah kakak aja yang ke situ ya”
Setelah aku mengatakan poisisi di mana aku berada malam itu, aku baru menyadarinya kalau sebenarnya aku benar-benar belum siap untuk bertemu bertatap muka bergandengan wajah dengannya, yang ada dalam fikiranku waktu itu hanyalah ada rasa malu, gugup, bingung segala hal yang aku rasakan tak terkecuali rasa dunia yang sedang aku pijakan kakiku ini seakan berhenti berputar dan semua bintang pada malam itu seperti sedang mentertawakanku dan enggan untuk berkomentar apapun kecuali hanya bisa menertawakanku. Sekitar beberapa menit dan jika aku hitung putaran waktunya kira-kira dua menit kemudian diapun datang dengan motor hijaunya yang selalu aku lihat di depan gedung Student Center di mana dia berdiam merampungkan pekerjaanya. Dia tepat berada di depan wajahku, mungkin jarak di antara kita hanya sekitar satu meter...he…he…(aku bahagia…aku benar-benar bahagia). Aku tak dapat mengangkat kepalaku seakan migraine di kepala temanku hinggap di kepalaku, aku hanya bisa menunduk malu ketika mendengar suara motor di hadapanku.
”Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan?”
Dalam hatiku aku hanya bisa mengatakan kata-kata itu. Diapun membuka Helm yang dikenakannya dan memanggilku
”Vi…”
Sungguh… hatiku lemas mendengar dia memanggil namaku dengan nada yang lembut dan tersenyum manis padaku. Akupun menjawab dengan nada yang gugup bahkan saking gugupnya aku hanya bisa mengatakan ini
”Iya ka!”
Ohh…...
Jika aku harus menggambarkan rasa bahagia ini, aku tidak tahu harus menggambarkannya seperti apa? yang pasti sepertinya sekarang aku tahu bintang-bintang itu bukan menertawakanku tapi bintang-bintang yang menjadi saksi pertemuan kita seakan-akan tersenyum manis dan mengucapkan selamat padaku. Banyak hal yang dia pertanyakan padaku tentang hidupku, mulai dari jurusan apa?, semester berapa?, dengan siapa? asalnya dari mana?, kosannya di mana? sampai yang mendetail sekalipun hal apa yang akan aku kerjakan setelah aku bertemu dengannya, semua itu seperti mimpi bagiku, yang pasti aku menjawab semua pertanyaannya dengan nada yang sangat gugup dan malu, sampai hati dia bilang bahwa aku ini seorang hawa yang sportif dan unik (unik apa aneh nich?).
Malam itu dia mungkin akan ada sebuah pertemuan di sebuah hotel di daerah Paster Kota Bandung, jadi kamipun tidak bisa bercuap-cuap terlalu lama karena terhalang oleh jarak waktu dan jadwal keseharian masing-masing. Abipun berpamitan dan mengharapkanku untuk berkunjung ketempatnya di kantornya (Student Center).
”ya udah, kakak pergi dulu”
”Iya ka”
Sambil mengucapkan salam diapun pergi meningalkan mesjid di mana kita berdua bertemu bertatap muka untuk pertama kalinya.
Oh……Aku benar-benar berterima kasih pada bintang-bintangku. Bintang yang selalu menemaniku di saat aku butuh dia, ketika aku merasa sendiri, ketika aku merasa takut, ketika aku membutuhkan hiburan (memang bintang bisa seperti badut gitu?), yang pasti tanpa bintang yang satu ini, aku tidak akan pernah bisa melewati semuanya. Dengan seketika aku menceritakan semua yang telah terjadi yang baru saja aku alami kepada bintangku ini tanpa ada yang aku sembunyikan (wah…bahagia ya!!!). Meski saat itu, bintang yang selalu menemaniku tidak menyaksikan pertemuanku dengannya tanpa mata kepalanya sendiri secara langsung, yang pasti aku percaya bahwa bintangku menyaksikannya dengan mata hatinya yang lembut yang selalu mengerti apa yang aku rasakan.
”terima kasih bintangku aku benar-benar tidak tahu bagaimana caraku membalas semua kebaikanmu padaku, kau selalu menerangi setiap jalanku”.
“terima kasih andai kau bahagia akupun akan bahagia sebahagia mungkin lebih bahagia daripada dirimu”
Aku tahu kisahku tidak patut untuk aku ceritakan, tapi ini awal dari kisah yang akan menjadi kenangan setiap tetesan darah nadiku. Aku tahu seandainya ini sungguh terjadi, ini adalah awal dari sebuah hubungan yang akan aku jalani di setiap langkah jalan hidupku.
Ingin malam ini aku mengirimkan pesan pendek kepada ABI seraya mengucapkan:
“Selamat tidur Abi...
Awali tidurmu dengan cinta, selimutmu adalah kasih sayang, doamu adalah kerinduan, sekejap matamu adalah kebahagiaan, dan awali tidurmu dengan doa untuk esok yang penuh senyuman. Gut Nait..Have a nice dream ya...
Dan aku percaya dengan kata-kata yang satu ini,
“Dunia ini indah dan bermakna dengan ukhwah yang selagi memberi tanpa batas, ada sapa dalam duka, ada doa dalam ketakutan, ada semangat dalam keterpurukan, ada cinta dan kasih dalam penderitaan dan ada nasihat dalam perbaikan diri. Ukhwah ibarat satu janji yang dibuat dalam hati, tak dapat ditulis, tak dapat dibaca, namun tak akan terpisahkan oleh jarak dan tak akan berubah oleh waktu”
Kata-kata tersebut menjadi kenyataan dan benar-benar terjadi di kehidupan nyataku. Aku akan selalu percaya pada-Mu oh Tuhanku, dan aku percaya Kau selalu menciptakan banyak keajaiban di manapun aku berada. Terima kasih Tuhan terima kasih untuk semuanya.
Sekali lagi aku takut aku tidak bisa mencintainya, tapi aku lebih takut lagi jika aku benar-benar mencintainya. Aku percaya hidup selalu memerlukan perjuamngan, ^_^ “Tomorrow is another day, the day of struggle for a better life.”
Tuhan apakah ini benar-benar jalan yang engkau tujukan kepadaku sampai hati aku seperti ini, sungguh Kau Maha Sempurna di balik kekesalanku pada kejadian-kejadian masa laluku Kau telah memberiku banyak kebahagiaan yang tak mungkin setiap orang akan menemuinya.
Aku tidak memerlukan yang lebih sempurna melebihi-Mu Ya Tuhan, aku hanya butuh yang mencintaiku apa adanya diriku. Tidak lebih...
Sekali lagi Terima Kasihku untuk-Mu tidak akan cukup, ku bersyukur atas semua yang Engkau berikan.


Bandung, 01 Januari 2009
Terima kasih Tetehku…sesungguhnya kau adalah inspirasiku
Irma Cuhayati